Pledoi Indonesia Menggugat Bung Karno, Perbaikan Nasib Rakyat Tugas Bersama

Harlah ke-123 Bung Karno

Pledoi Indonesia Menggugat Bung Karno, Perbaikan Nasib Rakyat Tugas Bersama
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama sejumlah tokoh dan pakar saat peringatan Harlah ke-123 Bung Karno, 6 Juni 2024 (foto: tim media PDIP/MS-MJS, Ist.)
120x600
a

JAKARTA, OTONOMINEWS.ID – Sejarawan sekaligus Dekan FIB Universitas Indonesia (UI), Dr. Bondan Kanumoyoso menyebut bahwa pidato pembelaan atau pledoi Indonesia Menggugat Ir. Soekarno atau atas pemerintahan kolonial Belanda, masih relevan.

Bahkan, menurut Bondan, pledoi Indonesia Menggugat Bung Karno ini masih terngiang-ngiang di telinga setiap orang meski sudah hampir 100 tahun yang lalu.

Sebab, apa yang disampaikan oleh Bung Karno dalam Pledoi untuk melawan imperialisme dan kolonialisme, justu menjadi relevan dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Hal itu disampaikan Bondan saat hadir sebagai pembicara dalam peringatan Hari Lahir Bung Karno di Sekolah Partai , Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (6/6/2024).

Adapun pembicara lainnya, Sekjen DPP PDIP , Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning dan dipandu oleh Sejarawan yang juga kader PDIP Bonnie Triyana. Lalu, turut hadir puluhan perwakilan badan dan sayap PDIP.

“Walaupun sudah berlalu hampir 100 tahun yang lalu, tapi rasanya Bung Karno seperti berbicara lagi di telinga kita dan menggedor hati kita semua dengan argumen-argumen yang masih relevan hingga saat ini. Jadi perbaikan nasib rakyat Indonesia itu menjadi tugas bersama,” kata Bondan.

Bondan pun memuji pemikiran Bung Karno lewat pidato pembelaan atau pledoi Indonesia Menggugat. Di mana, pledoi itu dibuat di bawah tekanan pemerintahan kolonial saat di dalam penjara Banceuy di Bandung pada 1930.

Dia juga menyebut belum ada yang bisa menandingi pemikiran Bung Karno dalam pledoi Indonesia Menggungat.

“Saya kira menyamakan tidak bisa. Karena memang ditulis dengan kedalaman dan satu pemahaman yang luar biasa. Dengan runtut dan sistematis, dengan mengambil referensi 60 orang penulis, saya hitung, dan tokoh-tokoh dunia yang cukup itu paling kurang. Jadi luar biasa,” ucap Bondan.

r
Lihat Juga :  Bupati Pasaman Benny Utama Sosialisasi Sebagai Caleg, Habib Syakur: Melanggar Kode Etik Pejabat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *