RANGKASBITUNG, OTONOMINEWS.ID – Penulis buku “Merahnya Ajaran Bung Karno”, Airlangga Pribadi Kusman menyinggung gagasan yang muncul pada 1970an bernama theatre of the oppress (teater kaum tertindas).
Menurut Airlangga, gagasan yang ditulis Sastrawan Augusto Boal itu menggambarkan perjuangan Presiden pertama Soekarno alias Bung Karno, yang melawan penindasan oleh penjajah untuk mendorong pembebasan. Ia menilai semangat itu kini sudah berbeda.
Hal itu disampaikan Airlangga saat menjadi pembicara dalam acara bedah buku “Merahnya Ajaran Bung Karno” dalam rangka Refleksi Kemerdekaan ke-79 RI yang digelar Persatuan Alumni GMNI Lebak di Museum Multatuli, Rangkasbitung, Banten, Jumat (16/8).
“Dalam teater itu kalau kita dalam konteks perjuangan, maka akan melihat Bung Karno adalah tokoh yang mendorong pada proses pembebasan dan perubahan sosial,” ujar Airlangga.
Airlangga menyebut Bung Karno sebagai tokoh theatre of the oppress, yang melibatkan rakyat untuk turut membangun tanah air dan seisinya, bukan sebagai penonton saja.
“Mereka (rakyat) tidak diam, mereka bagian dari teater pembebasan,” tuturnya.
Akan tetapi, ia menilai teater dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini terlihat bukan perjuangan dimaksud. Apa yang terpampang di depan mata lebih menjurus teater of the oppresor alias teater kaum penindas.
Dalam teater tersebut, Airlangga mengatakan rakyat tak diberi kesempatan untuk melakukan perubahan sosial. Selain itu, teater tersebut juga menggambarkan pembungkaman dan menyebarkan rasa takut.